32.8 C
Medan
Kamis, 18 April 2024

“Kebaikan Suami Tetangga Melebihi Suamiku Sendiri”

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

MEDAN, akses.co – Cerita dibawah ini bisa menjadi introspeksi diri bagi kaum hawa, jangan terlena rayuan maut suami tetangga, artinya, jangan kebaikan suami tetangga diperbandingkan dengan suami sendiri, bisa bahaya rumah tangga.

Seperti kisah yang dialami, Neni (nama samaran) kini rumah tangganya diujung kehancuran, penyebabnya tak lain ‘orang ketiga’ kebaikan suami tetangga, dibandingkan nya dengan suami sendiri.

Kisahnya, Neni (30) merupakan ibu satu anak, yang menetap tinggal di kawasan Jalan Tembung, bersuamikan Jojo (nama samaran), perkawinan mereka, baru berjalan tiga tahunan. Neni dan Jojo perbedaan usia sekitar sepuluh tahun, lebih tua suaminya.

Awalnya rumah tangga mereka baik-baik saja, tiga tahun bersama, dikaruniai satu anak, usianya pun baru 2 tahun, namun, setahun belakangan, rumah tangga mereka sedikit terusik, pasalnya, sang istri (Neni), ternyata diam-diam bermain ‘asmara’, dengan tetangganya sendirii, alias suami orang.

Perlakuan Neni menghianati suaminya bukan tanpa alasan, sebab, kerap kali suaminya tak memperdulikan rumah tangga, baik uang belanja, maupun kebutuhan lainnya, disamping itu, suaminya juga berwatak tempramental (kasar), dan terhadap anaknya juga tak peduli.

“Kasar dia orangnya, nggak ada tanggungjawab, hidupnya tak memikirkan keluarga, jujur saja, kenapa aku bisa sama dia, kami memang kawin saudara, karena perlakuannya, aku terpaksa mendua hati”, sebut Neni, tertunduk.

Sambung Neni, Aku jatuh hati dengan suami tetanggaku sendirii, lantaran dia sangat baik dan perhatian, awal perkenalan ku dengannya, saat dia sering minum dan makan ke warung ku, aku jualan.

Pernah suatu hari suamiku marah-marah, melihat kami asik ngobrol, mungkin dia cemburu, tapi jujur tak ada hati kala itu dengan suami tetanggaku itu, melihat kami bertengkar, ia pun merasa iba, dan kasihan melihat ku.

Singkat cerita, sejak kejadian itu, suami tetanggaku ini, perhatian sama ku, tanpa sadar aku pun menceritakan kisah rumah tanggaku dengannya, hingga akhirnya, seiring berjalannya waktu, kami pun akrab, lalu bertukar nomor handphone.

Benih-benih cinta mulai tumbuh, dan berkembang, kami pun selalu bertukar pikiran diluar, hingga aku larut dalam pelukan kasih sayangnya, saat itulah aku merasakan kebaikan suami tetangga melebihi suamiku sendiri, akan kah, dia menjadi pengganti suamiku, tanya ku dalam hati.

Terkadang aku juga takut, bila ketahuan, aku di cap sebagai ‘Pelakor’ (Perebut laki orang), tapi kalau sudah cinta dan sayang, mau bilang apa, hati yang berkata, tak bisa dihalangi.

Tapi, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga, kini aku mengajukan gugatan perceraian, karena suami tak mau memaafkan, dari pada tersiksa lebih baik berpisah, ujar Neni, Kamis (25/3) tutupnya. (Han)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca