akses.co – Di tengah era kemajuan zaman, warga Dusun Sasak, Sade, Rembitan, Lombok Tengah masih mampu mempertahankan adatnya. Sejak 5 abad lalu, para warga masih teguh mempertahankan adatnya.
Hasilnya, perkampungan Sasak seluas 3,5 hektar, dengan penduduk 700 jiwa itu pun menjadi salah satu destinasi wisata di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Pemandu wisata Sasak, Ombo menjelaskan selain rumah, masih banyak adat lainnya yang masih dipertahankan sampai sekarang.
“Rumah adat kami sekarang masih sama seperti rumah adat Sasak yang dulu. Seperti lantainya dilumurin kotoran kerbau. Tujuannya, agar kondisi rumah menjadi hangat dan nyamuk pun tak ada,” ungkapnya saat memandu wisata rombongan Kordinator Wartawan DPRD Kota Medan di Dusun Sasak itu, Sabtu (7/10/2017).
Selain rumah yang masih menggunakan atap dan dinding rumah dari rumbia, warga Sasak juga masih menggunakan lampu penerangan yang terbuat dari bambu dan kulit kerang.
“Bahan bakarnya berasal dari minyak kelapa. Di depan rumah warga masih banyak terdapat menggunakan lampu ini,” ungkapnya.
Tidak kalah uniknya, Warda Sasak juga masih menjalankan adat pernikahan dengan cara kawin culik dan kawin lari.
Ombo menjelaskan warga pria Sasak akan melakukan kawin culik bila cintanya tidak diterima oleh wanita yang dia cintai.
Sedangkan kawin lari dilakukan bila keduanya calon pengantin saling mencintai.
“Soalnya, bila tidak kawin lari, besar kemungkinan orang tuanya tidak menyetujui. Makanya dibawa kawin lari dulu keluar kampung,” jelasnya.
Kordinator Wartawan DPRD Medan, Satriadi mengungkapkan adat tradisi yang mampu dipertahankan oleh warga Dusun Sasak menjadi berkah tersendiri bagi warganya.
“Terbukti, Dusun Sasak ini menjadi salah satu destinasi wisata yang sudah terkenal di Indonesia dan bahkan di Indonesia,” ungkapnya yang membawa 35 rombongan wartawan dalam rangka studi komparatif ke DPRD Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. (din)