akses.co – Upaya Pemko Medan mencatatkan Rekor MURI kategori pemakaian batik khas Medan tidak main–main. Mulai kepala lingkungan, lurah, camat, sekretaris camat, kepala bagian, kepala dinas dan kepala badan diturunkan.
Mereka dihadirkan pada pagelaran untuk mengenakan batik khas Medan dalam Karnaval Budaya yang berlangsung di Jalan Ahmad Yani sampai Jalan Balai Kota, Minggu (16/7/2017). Hal ini agar kategori terbanyak bisa didapat. “Peserta rekor MURI ini memang dari kepala lingkungan sampai kepala SKPD,” ungkap Pelaksana tugas (Plt) Kadis Pariwisata Kota Medan, Budi Hariyono kepada akses.co.
Budi menjelaskan, pihaknya tidak mencampuri urusan pengerahan massa tersebut. Begitu juga dengan pengadaan baju batik tersebut. Mereka hanya menyiapkan tempat dan teknis acaranya. “Masalah bajunya dari mana, apakah dibeli dan sebagainya, kami tidak campuri. Kami hanya mengurus lokasi acara dan teknis acara. Kemungkinan dari kecamatan masing–masing. Kalau saya pribadi, saya beli (batiknya),” tegasnya.
Pihak MURI sendiri tidak mempersoalkan siapa yang memakai dan dari mana baju tersebut didapat. Begitu juga apakah cara membeli atau diberikan secara gratis. Mereka hanya mencatatkan jumlah pemakainya. Sementara itu, penggagas Batik Medan yang juga Ketua PKK Kota Medan, Rita Maharani mengungkapkan, dirinya membuat batik dengan khas Medan sebagai wujud kecintaanya terhadap Kota Medan, di mana Medan adalah Rumah Kita. “Batik ini adalah pakaian khas Indonesia. Sebagai wujud kecintaan saya dengan Indonesia dan Medan, makanya saya buat batik dengan khas Medan. Hal ini sebagai upaya perwujudan Medan Rumah Kita,” ungkapnya. (eza)