30.6 C
Medan
Jumat, 29 Maret 2024

Wagirin Arman, Pernah Diutus jadi Kafilah MTQ

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

Masa kecil dan remaja merupakan momentum yang paling berkesan bagi siapapun yang melaluinya. Tak terkecuali Ketua DPRD Sumatera Utara, Wagirin Arman. Di masa-masa itu, Wagirin pernah perwakilan kampung untuk bertanding di Musabaqah Tilawatil Quran.

Sebagai anak kampung yang tinggal di lingkungan perkebunan, Wagirin mengaku beruntung pernah mengalami berbagai hal mengesankan saat kecil dan remaja. Pria kelahiran Klambir Lima 9 Maret 1949 ini menceritakan, dirinya merupakan sosok yang cukup aktif di bidang keagamaan sejak masa kanak-kanak. Hal ini tak terlepas dari didikan orang tua dan juga lingkungan yang mendukung.

“Saya punya guru mengaji tiga orang. Saya masih ingat namanya sampai sekarang. Ustadz Usman Mewah, Ustadz Dalail dan Pak Sukeni. Itulah guru kami mengaji,” ujarnya.

Wagirin mengatakan, dirinya merupakan salah satu utusan dalam setiap penyelenggaraan sayembara Al Quran (sekarang, MTQ) antar perkebunan di PTPN IX (sekarang PTPN II). Menurutnya, di masa dia itu, yang sering juara adalah sahabatnya yang kemudian dikenal dengan nama Ustadz Badrani.

“Beliau sudah almarhum. Dulu beliau sering juara, tak pernah kalah. Kemudian dia tak boleh lagi ikut sayembara. Di situlah Wagirin Arman diutus menjadi penggantinya. Alhamdulillah pernah menang,” ujarnya mengenang.

Politisi Partai Golkar ini mengakui, bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi anak-anak kampung seperti dirinya. Menurut Wagirin, saat Ramadan dia dan sejumlah temannya tidak pernah tidur di rumah. “Kami tidurnya di surau. Saat ini suraunya sudah bagus. Saya masih ingat juga posisi tidur saya di surau itu. Suraunya di Jalan Kapas, Klambir,” katanya sambil tertawa.

Wagirin mengaku aktivitas masa kecil selama puasa itu konsisten di surau. Mulai dari berbuka puasa, tarawih, tadarus, kemudian tidur. Selanjutnya, sekitar pukul 2.30 WIB mereka keluar berkeliling kampung untuk membangunkan warga makan sahur. “Tiap hari seperti itu. Pokoknya nikmat kali lah. Tidak bisa saya lupa itu sampai sekarang,” bebernya. (frz)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca