30.3 C
Medan
Minggu, 5 Mei 2024

Berkebun Karet di Subulussalam Sudah Tak Primadona Lagi

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

SUBULUSSALAM, akses.co – Karet dahulunya merupakan salah satu komoditas andalan di wilayah Kota Subulussalam, Aceh. Di era 90-an hingga tahun 2000-an, Subulussalam merupakan salah satu pemasok getah karet terbesar di pasaran perdagangan karet di Kota Medan, Sumatera Utara.

Tanaman perkebunan dengan bahasa latin Hevea brasiliensis ini kini sudah tak begitu diminati lagi oleh masyarakat di daerah yang berjuluk Bumi Syekh Hamzah Fansuri itu.

Ribuan hektar perkebunan karet milik masyarakat seiring waktu sudah dikonversi ke tanaman kelapa sawit. Hal itu pun drastis berubah secara signifikan sejak melesunya harga getah karet di pasaran.

Ongkos produksi getah karet yang dirasa teramat tinggi menjadi pemicu masyarakat yang memiliki kebun karet menggantinya dengan kelapa sawit. Anjloknya harga getah karet terasa tidak mengimbangi pembiayaan perawatan kebun. Oleh karenanya banyak petani yang memutuskan untuk menebang tanaman karetnya.

Sejak itulah karet dianggap sudah tak primadona lagi oleh petani.

Kata Ismail Hasan Sipayung (60 tahun) warga Desa Penanggalan Barat, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, salah seorang petani yang masih mempertahankan kebun karetnya mengatakan, dahulu harga getah di tingkat pengepul mencapai kisaran harga Rp 13 ribu sampai 15 ribu per kilo gramnya.

“Dulu harganya bervariasi, ada yang 13 ribu dan ada yang 15 ribu, tergantung kualitas getahnya. Kalau kita antar langsung ke pengepul di Kota Medan bisa dapat harga 20 ribu per kilo,” kata Sipayung, saat ditemui di kebunnya yang berada di Desa Lae Bersih, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, Senin (1/2/2021).

Menurut Sipayung, anjloknya getah karet sudah dirasakan dalam tujuh tahun terakhir ini. Adapun harga saat ini yaitu hanya sebesar Rp 7 ribu per kilo gram.

“Getah kering 7 ribu, kalau getah basah 5 ribu sampai 6 ribu per kilo,” ungkapnya.

Demi mendapatkan harga jual yang lebih tinggi, Sipayung pun menimbun getah karetnya terlebih dahulu. Pada waktu tertentu ia pun langsung membawa getah karet tersebut ke pengepul di wilayah Kota Medan.

Dari tiga hektar luas areal kebun karet yang ia punya, Payung berhasil memproduksi getah karet sebanyak dua ton dalam rentang waktu selama dua pekan.

Sementara, berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Subulussalam yang dihimpun akses.co dari situs resmi BPS menunjukkan bahwa luar areal perkebunan karet kian tahun semakin menyusut.

Data terakhir pada 2017, produksi getah karet di Subulussalam hanya mencapai 1.628 ton, yaitu dari luas areal panen 2.777 hektar. Produksi ini jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya yakni, sebesar 1.856 ton dari luas areal panen 3.856 hektar.

Perbandingan ini cukup terbilang jauh tersaingi oleh sawit. Kebun sawit milik masyarakat yang tercatat pada tahun 2017 adalah seluas 18.377 hektar dengan produksi tandan buah segar (TBS) sebanyak 31.648 ton.

Wajar, jika melihat pertumbuhan perkebunan masyarakat yang kian terus melebar. Hal ini mengingat, wilayah Subulussalam yang merupakan sebuah daerah yang berada paling tepi wilayah pantai barat selatan Provinsi Aceh sekaligus sebagai pintu gerbang Aceh berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Apalagi ditambah dengan jarak tempuh ke Kota Medan yang pendek, hanya memakan waktu tempuh selama 5-6 jam perjalanan perhubungan darat. Di mana Kota Medan merupakan kawasan pasar terbesar di pulau Sumatera.

Dengan wilayahnya yang strategis serta tanahnya yang subur untuk komoditas sawit, Subulussalam pun kini menjelma menjadi hutan sawit, belasan perusahaan perkebunan Gak Guna Usaha (HGU) merambat ke wilayah ini, serta terdapat sebanyak empat unit pabrik minyak kelapa sawit (PMKS).

Faktor ini jugalah yang menggiring petani karet untuk mengkonversi lahannya menjadi kebun kelapa sawit. (nsa).

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca