28 C
Medan
Sabtu, 18 Mei 2024

Perjuangan Otti Batubara Menuntut Keadilan yang Anaknya Ditembak Polisi

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

akses.co – Tiga hari terakhir menjadi salahsatu hari terberat bagi seorang Otti Saifuddin Batubara.

Warga Jl Sutomo Gang Sakiran Medan itu harus menerima kenyataan bahwa menantunya Wanda Gunawan Pasaribu dituduh mencuri, dibawa ke kantor polisi lalu diketahui belakangan wajahnya lebam dan dua kakinya ditembak.

Otti berjuang menuntut keadilan atas dugaan penganiyaan dilakukan petugas Polsek Medan Timur terhadap Wanda Gunawan Pasaribu.

Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Sumut pun turun tangan menelusuri kasus tersebut.

Hal itu terungkap saat Otti Batubara, mertua Wanda Gunawan Pasaribu mengadukan dugaan kekerasan tersebut ke KontraS Sumut, Rabu (11/7/2018)

Kepada KontraS, Otti Batubara menjelaskan dugaan kekerasan dan penganiayaan yang dialami menantunya.

“Kami pihak keluarga menduga kuat kepolisian melakukan pelanggaran. Wajah anak kami lebam, dua kakinya ditembak diduga dari jarak dekat. Padahal saat dijemput, warga mengatakan anak kami sehat,” kata Otti Batubara.

Otti menaruh harapan besar KontraS Sumut bisa membantu membongkar kasus penganiayaan tersebut.

“Kami mengadu ke KontraS agar bisa membantu keluarga kami menuntut keadilan,” kata Otti.

Kordinator KontraS Sumut Amin Multazam yang menerima langsung pengaduan itu pun merespon.

“Tentu ini menjadi tugas kami karena diduga kuat ini berkaitan dengan kekerasan. Apalagi kekerasan dilakukan oknum kepolisian,” kata Amin.

Untuk itu, Amin menegaskan KontraS Sumut siap membantu menyelidiki kasus tersebut.

“Kami prihatin karena masih ada dugaan kekerasan dilakukan kepolisian terhadap warga,” tukas Amin.

Sebelumnya diketahui, Wanda Gunawan Pasaribu dituduh mencuri handphone hingga kedua kakinya ditembak petugas Polsek Medan Timur, Senin (9/7/2018).

Awalnya, Wanda dijemput polisi saat Wanda pulang bekerja di bengkel dalam keadaan sehat.

“Dia dijemput baik-baik oleh 4 polisi yang salah satu dari polisi itu temannya yang bernama Haris Kurniawan Putra. Menantu saya saat itu sehat-sehat saja, kenapa tiba-tiba mata dan wajahnya lebam serta kakinya malah ditembak,” ungkap Otti saat di Mapolsek Medan Timur, Selasa (10/7/2018) siang.

Sadisnya, lanjut Otti lagi, malah penyiksaan yang dilakukan petugas tidak berprikemanusiaan, mata Wanda dilakban dan dipaksa mengaku sebagai pelaku lalu ditembak kakinya.

“Saya tanya menantu saya bagaimana perlakuan polisi kepada dirinya. Menantu saya katakan dirinya dipaksa mengaku, dibawa naik mobil lalu matanya dilakban dan dibawa keliling hingga ke dua kakinya ditembak,” ungkap Otti.

Otti juga menyesalkan pernyataan Kapolsek Medan Timur yang menuding menantunya sebagai penjahat hanya dengan melihat wajahnya.

“Kalau bicara fakta hukum, tolong disebutkan buktinya, kalau tidak sanggup membuktikan jangan diplintir. Malah Kapolsek bilang dari wajahnya saja sudah bisa menilai dia penjahat. Malahan wajah menantu saya ganteng, kok jadi mengada-ada Kapolsek itu,” ujarnya.

Otti juga memaparkan kejanggalan informasi yang dikirim Kapolsek Medan Timur. Di antaranya sepeda motor tersangka saat melakukan pencurian dengan menggunakan sepedamotor bebek, sedangkan Wanda tidak memiliki sepeda motor bebek.

Dinyatakan 2 tersangka pelaku pencurian tetapi hanya Wanda disebutkan, sedangkan tersangka satu lagi tidak ada disebutkan namanya dan juga statusnya apakah sebagai DPO, sedangkan pelaku Apriliadi hanya tersangka pelaku penadah (480).

Korban mengaku kehilangan barang bukti hape 1 unit HP Asus , 1 unit HP Lenovo , 2 unit HP Blackberry dan Kapolsek dalam keterangannya hanya menemukan1unit merk Oppo, tidak sesuai dengan barang pelapor yang hilang.

Kapolsek Wilson Pasaribu dalam kronologis kejadian hanya menuding tersangka berdasarkan informasi saja, tidak berdasarkan laporan polisi (LP) masyarakat dan pengakuan diduga tersangka.

“Anehkan, polisi tidak profesional, dari bukti-bukti yang disebutkan polisi tidak ada yang mengarah kepada menantu saya, jadi kuat dugaan polisi salah tangkap. Densus 88 saja sudah sering salah tangkap apalagi sekelas petugas Polsek,” bebernya. (rel)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca