32.8 C
Medan
Senin, 6 Mei 2024

Bayinya Lahir Tanpa Anus, Rajali dan Wakiem Kesulitan Biaya Perobatan

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

Deliserdang, akses.co.- Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Pribahasa ini mungkin dialami pasangan keluarga Rajali (38) dan Warkiem (40) warga Desa Bandar Labuhan Kec. Tanjung Morawa, Deli Serdang.

Betapa tidak, hidup yang serba kekurangan bahkan buat makan pun keluarga ini, harus meramban sayur daun ubi serta rebung dipekarangan milik warga sekitar. Dari hasil penjualan yang nilai rata-ratanya 30 ribu rupiah itu, la gunakan untuk mencukupi kehidupan keluarga sehari hari

Tidak sampai disitu, alih-alih gembira menyambut anak ketiga mereka lahir, namuan si buah hati mereka lahir tanpa anus.

Ketika akses.co. menyambangi kediaman mereka, Rabu (15/07), Warkiem mengatakan, bayinya lahir dengan operasi sesar pukul 16.00, Minggu (12/6), di klinik Mitra sehat yang berada di jl Sei Merah Tanjung Morawa.

Lanjutnya, mengetahui kondisi bayinya tanpa anus, keluarga dan pihak klinik merujuk ke RS Grand Medistra yang berada di Lubuk Pakam, guna dilakukan penanganan lebih lanjut terkait kelainan yang di derita anak kami.

Setelah berkordinasi dengan pihak rumah sakit, tim dokter yang menangani penyakit ini mengatakan anak kami mengalami Atresiani+atresia esofagus,dan harus di lakukan operasi kolonostomy dan trakheostomia atau pemasangan draine dari dalam perut keluar dengan menggunakan selang tujuan untuk mengeluarkan feses dari perut karena tidak adanya anus katanya.

Dijelaskannya, setelah selesai operasi, bayi mereka sempat tertahan beberapa minggu di RS Grand Medistra karena tidak miliki uang untuk menebus biaya operasi yang mencapai belasan juta rupiah.

“Kejadian ini, kami sampaikan ke pada kepala Desa Bandar Labuhan, Hajeman. Pihak Desa lantas berkordinasi dengan RS Grand Medistra, hasilnya pihak rumah sakit memberikan potongan harga hingga 50 persen, artinya biaya operasi cukup di bayar separuh dari biaya keseluruhan”, ungkapnya.

Di tambahkan nya lagi, untuk pemualangan bayi mereka tidak terlepas dari peran Kepala Desa Bandar Labuhan, bersama Lembaga Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) yang mengupayakan bantuan dana serta kemudahan dalam proses administrasi sang bayi di RS Grand Medistra.

“Dengan wajah yang berderai air mata serta isak tangis yang merintih, Warkiem mengatakan saat ini kami kebingungan. Sebab mereka harus berhutang kepada warga sekitar rumah untuk memenuhi kebutuhan bayi kami, dimana kantungan buang air besar anak kami per lima hari harus diganti dengan biaya sebesar dua ratus ribu rupiah, belum lagi untuk tisu basah bahkan untuk pinset pembersih kotoran, saya menggunakan sendok dapur karna kami tak ada uang untuk membelinya,” lirihnya.

Dirinya dan keluarga saat ini sangat membutuhkan bantuan dari para dermawan serta Pemerintah Kab. Deli Serdang, untuk kelanjutan hidup sang bayi serta upaya operasi selanjutnya, agar kiranya bayi kami bisa memiliki anus layaknya manusia biasa. (Manahan.D)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

1 KOMENTAR

  1. Pangkal masalahnya adalah pendataan keluarga prasejahtera yg amburadul. Seharusnya warga seperti inilah yg dimasukkan ke kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan sehingga tak perlu bayar kalau berobat, bukan keluarga Pak Lurah seperti yg sering terjadi selama ini.

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca