26.7 C
Medan
Kamis, 9 Mei 2024

Launcing Aplikasi Mobile Bank Sampah di Batu Bara, Solusi Ubah Sampah Jadi Rupiah

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

BATU BARA, aksesco.id – Untuk mengubah perilaku membuang sampah sembarangan dan mengubah sampah menjadi rupiah, Kelompok Sadar Lingkungan (Pokdarling) Kabupaten Batu Bara meluncurkan aplikasi Mobile Bank Sampah.

Peluncuran aplikasi tersebut diresmikan Bupati Batu Bara Ir. Zahir, M. Ap didampingi Plt. Kadis Perkim dan Lingkunagn Hidup Frans Sahala, bersama Ketua Pokdarling Darma Sembiring di Gedung MPH Tanjung Gading, Komplek Inalum, Kecamatan Sei Suka, Sabtu (28/10/2023).

Aplikasi Mobile Bank Sampah bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat yang masih buang sampah sembarangan menjadi peduli terhadap sampah.

Melalui aplikasi itu, sampah yang ada di sekitar lingkungan bisa menjadi pundi-pundi rupiah. Hal itu sejalan dengan slogan aplikasi Mobile Bank Sampah ‘Ayo, Nabung Sampah Jadi Rupiah’.

Hadirnya inovasi tersebut sangat diapresiasi Bupati Zahir. Ia ingin segera dilaksanakan pada satu Desa percontohan dan sekolah sebagai contoh untuk Desa lain.

Bupati Zahir menyebut bahwa sampah menjadi masalah kita semua. Di Kabupaten Batu Bara sampah terlalu banyak, tapi daya angkut kurang dan daya tampungnya tidak mencukupi dari pada produksi sampah.

Bupati Zahir berharap dengan adanya Pokdarling yang bekerjasama dengan PT. Arta Jaya yang bisa membeli sampah ini, akan memberikan budaya baru bagi masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga agar sampahnya tidak langsung dibuang ke tong sampah.

“Tapi bisa disimpan, dikumpul, dipilah dan bisa dijual pada tempat bank sampah yang ada di desa-desa. Sehingga sampah bisa menjadi faktor penghasil uang,” ujar Zahir.

Aplikasi Mobile Bank Sampah diciptakan karena keinginan Bupati Batu Bara Zahir untuk menyadarkan masyarakat bisa mengurangi jumlah volume atau limbah rumah tangga.

Ketua Pokdarling Darma Sembiring, menjelaskan, awalnya Bupati ingin adanya gerakan yang bisa mengubah mindset masyarakat untuk mengurangi volume atau limbah sampah rumah tangga. Kemudian dilakukan diskusi-diskusi melalui gebuk desa, pembinaan, study tiru dan lainnya.

Untuk memudahkan gerakan ini dengan melakukan sebuah edukasi kepada masyarakat agar mereka tau bahwa sampah berbahaya jika di timbun di lingkungan sekitar.

“Kemudian membuat motif ekonomi seperti di negara-negara maju ada Jepang dan Belanda. Ternyata sampah bisa berharga menjadi rupiah,” terang Darma Sembiring. (firs)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]
- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca