MEDAN, akses.co – Perekonomian terbuka mensyaratkan kemampuanproduksi yang kompetitif dari setiap pihak yang terlibat. Dengan cara itu lah setiap negara dapat mengambil bagiandalam menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh warga dunia. Daya saing dalam memproduksi barang dan jasaini tentunya memerlukan kerja keras untuk melakukanakumulasi tabungan yang selanjutnya dapat memperlebarruang investasi domestik terhadap sumber daya produksi yang ingin dikembangkan lebih lanjut. Akumulasi tabungan sendiridapat terbentuk jika masyarakatnya memilih dan memutuskanterhadap konsumsi non pokok hari ini dialihkan untukdiinvestasikan.
Pada titik ini, peran integritas pada sistem moneter dalammenghadirkan iklim yang kondusif dan mampu memberikanrangsangan keuntungan terhadap warga yang memilikikelebihan uang berupa tingkat bunga yang “menjual” menjadifaktor penting agar akumulasi modal domestic tadi dapatberkembang. Kesinambungan antara peningkatanproduktivitas setiap pekerja dalam menghasilkan nilai tambahekonomi dan peningkatan akumulasi modal ini menjadipondasi untuk ikut serta dalam perdagangan dunia dan membuat neraca perdagangan menjadi surplus ekspor.
Surplus ekspor terjadi Ketika permintaan barangdomestik ke luar negeri lebih tinggi dibandingkan permintaanbarang luar ke dalam negerinya. Artinya akan ada pihak yang muncul sebagai penggantung dan pihak lain sebagaitergantung. Semakin besar ketergantungan Indonesia terhadapproduk-produk luar negeri apakah itu dalam bentuk bahanbaku ataupun barang jadi maka semakin menekan ekspor netoke posisi defisit, begitu juga sebaliknya.
~ Negara Koloni dan Kekuatan Militer
Nilai kurs rupiah terhadap dollar adalah satu faktordominan dalam kaitannya terhadap perdagangan luar negeri. Dollar merupakan salah satu cadangan devisa selain emas dan beberapa mata uang kuat lainnya yang dijadikan sebagai alattransaksi perdagangan internasional. Melemahnya rupiah akanmembuat harga barang impor menjadi relatif lebih mahal, namun keadaan tersebut juga membuat harga barang ekspormenjadi relatif lebih murah dibandingkan sebelumnya. Begitujuga sebaliknya, ketika menguatnya rupiah akanmengimplikasikan hal yang sebaliknya dengan asumsi faktorlainnya tetap.
Kekuatan ekonomi satu negara yang cenderungmembesar dibandingkan negara lainnya memunculkan potensidominasi ekonomi yang tidak seimbang. Teori ketergantungannegara berkembang terhadap negara maju menjadikannyasebagai sebuah kenyataan di era saat ini. Dalam teori ini, negara yang sedang berkembang sulit untuk melepaskanketergantungannya terhadap negara maju, karena faktorkekuatan baik ekonomi maupun politik dan militernyaberhubungan lurus dengan kemampuannya sebagai pemenangkompetisi. Hal ini berdampak kepada terbentuknya oligarkiglobal, dimana perusahaan-perusahaan tangguh akan semakinkuat dan perusahaan-perusahaan yang kalah akan semakinmelemah.
Penggunaan militer dari zaman dahulu hingga saat inibelum banyak berubah, namun keadaan saat ini tidaklahsevulgar di masa lampau, dimana invasi militer menjadi halyang kerap dilakukan seiring dengan adanya motif-motif ekonomi di dalamnya. Namun di era digital saat ini, dimanaseseorang dapat berkomunikasi dan menyebarkan berbagaiinformasi dengan sangat cepat, tentunya invasi militermerupakan keputusan yang berbiaya tinggi. Saat ini, perusahaan-perusahaan dari berbagai negara besar cukupmudah untuk memindahkan pabriknya ke negara yang lebihmemiliki sumber daya relatif murah dibanding negara awalnya. Skema lainnya adalah melalui jalur pasar uang berupa utang luar negeri dan pasar modal berupa kepemilikansaham, dimana uang akan mengalir cepat ke negara yang memiliki tingkat bunga dan imbal hasil yang cenderung lebihtinggi. Stabilitas ekonomi dan politik menjadi syarat utamauntuk menerima aliran dana berskema pasar uang dan pasar modal ini. Regulasi negara berkembang yang satu sisi inginmendongkrak nilai investasinya untuk menguatkan neracapembayaran, satu sisi mengundang ketergantungan negara tersebut yang semakin dalam terhadap kekuatan luar negeri.
~ Tarif Impor, Armada Laut, dan Industri DomestikBerbasis Ekspor
Beberapa negara mencoba bertahan denganmeningkatkan tarif impor untuk melindungi basis produksinya. Proteksi produksi ini juga bukan hal yang mudah, apalagi ditengah kondisi negara yang cukup korup. Perlindungan produksi dalam negeri seyogyanya memerlukanbiaya-biaya input yang juga efisien agar konsumen juga mendapatkan tingkat kepuasan yang setidaknya hampir samajika dibandingkan barang impor, misalnya. Namun selamainefisiensi produksi tadi masih berlanjut yang menyebabkanharga jual dan kualitas produk relatif tidak lebih baik daribarang impor, tentunya ini menjadi suatu keputusan yang semakin menghambat kesejahteraan penduduknya.
Menggalakkan industri domestik berbasis ekspormemerlukan beberapa fokus langkah utama, yaitu:
Oleh : Arif Rahman
Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Ekonomi FEB Universitas Sumatera Utara