25.6 C
Medan
Sabtu, 27 April 2024

Caketum Partai Golkar: Karakter Adalah Modal Utama

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

Menjelang Munas partai Golkar Desember 2019, sosok calon ketua umum (Caketum) harus memiliki kemampuan dan pengalaman, mampu mengangkat perekonomian serta menjaga stabilitas dan suasana politik yang kondusif (tidak gaduh). Selain itu, mampu menjadikan partai sebagai mitra strategis pemerintah dalam lima tahun ke depan. Kemampuan itu lahir dari tempaan organisasi, jam terbang di pemerintahan, serta memiliki karakter yang kuat, karakter pribadi itu terkait dengan integritas, kapabilitas, loyalitas dan profesionalitas.

Karakter, kata Abraham Lincon Presiden Amerika Serikat ke–16, ibarat seperti pohon, bayangan pohon itu adalah reputasinya yang kita pikirkan, dan pohon itu adalah sesuatu yang nyata adanya. Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda–beda dan unik antara satu dengan yang lainnya. Karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharessin”, “kharax” dalam bahasa Inggrisnya “character”, sementara menurut para ahli psikologi karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan seseorang pada suatu tindakan.

Sebab itu, Jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu diketahui, maka dapat pula diketahui individu terebut akan bersikap untuk sebuah kondisi–kondisi tertentu. Jadi , karakter adalah nilai–nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan beritingkah laku dalam kehidupan sehari–hari.

Dari karakter yang ada pada diri manusia, terdapat nilai–nilai karakter berdasarkan budaya bangsa seperti riligius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu , semangat, kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Karena itu, ketika menghadirkan seorang kandidat Caketum Partai Golkar haruslah memiliki karakter yang kuat, karakter layaknya seorang pemimpin yang lengkap utuh, dan otentik.

Seperti halnya diibaratkan sebuah pohon tadi, kebetulan lambang Partai Golkar adalah pohon beringin, karakter pohon ini kuat, besar, akarnya banyak dan punya nilai magis di belahan negara Asia, Afrika dan Australia. Itulah karakter beringin, demikian halnya dengan profil calon ketua umum partai Golkar harusnya memiliki karakter yang kuat dan mumpuni. Cakap dalam berkomunikasi politik, diterima di kalangan stakeholder, oleh pasar, dan partai politik, terutama di akar rumput Partai Golkar, dan harus memiliki reputasi di dalam dan di luar negeri selama bertugas, berpengalaman dalam memimpin. Hal ini penting sebagai credit point agar Ketua Umum Partai Golkar ke depan memiliki rekam jejak yang bisa diterima tidak hanya di partai politik tetapi juga di hati masyarakat Indonesia.

The Gondangdia Institute (GI) telah menjaring dan mengkaji nama–nama caketum yang akan atau berpotensi masuk ke dalam bursa caketum Partai Golkar Desember 2109 mendatang, yang semula ada 5 nama mengerucut menjadi 3 nama saja. Tiga nama itu dilihat cakap menjadi penantang dan bersaing di Munas Partai Golkar bulan Desember mendatang. Dalam pengamatan kami, ketiga orang itu adalah (1) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A, M.M.T. (2) H. Bambang Soesatyo,SE,.M.B.A (3) Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, SH,ME. Berikut profil singkat para caketum tersebut.

Airlangga Hartarto

Airlangga Hartarto dinilai cakap karena beliau memiliki pengalaman dan karakter yang mumpuni aktif sejak muda di berbagai organisasi tak menghalangi Airlangga Hartarto menuntaskan pendidikannya. Sukses di dunia usaha, ia terjun ke politik. Puncaknya, ia berhasil mengikuti jejak sang ayah menjadi menteri industri. Airlangga Hartarto lahir di Surabaya, 1 Oktober 1962 dari pasangan Hartarto Sastrosoenarto–R.Hartini Soekardi. Meski lahir di Surabaya, ia meneruskan sekolah menengahnya di SMA Kolese Kanisius Jakarta. Ia dikenal sebagai pribadi yang aktif. Saat di SMA, ia menjadi ketua OSIS.

Setelah lulus SMA, Airlangga Hartarto melanjukan kuliahnya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengambil Jurusan Teknik Mesin di Fakultas Teknik dan lulus pada tahun 1987. Di UGM pun, ia tak sekadar menimba ilmu melainkan aktif berorganisasi. Ia diberi kepercayaan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UGM. Kecintaannya pada dunia aktivis tak membuat ia melupakan bangku kuliahnya. Justru semangat belajarnya, ia teruskan hingga master dan diraihnya di luar negeri. Dari UGM, ia melanjutkan program S2 di Wharton School University of Pennsylvania, Philadelphia, Amerika Serikat, program Master of Business Administration (MBA), Monash University Australia, dan terakhir ia menuntut ilmu di Melbourne Bussiness School University of Melbourne.

Berbekal ilmu yang dimilikinya, Airlangga pun mengokohkan dirinya sebagai pengusaha yang sukses. Ia memiliki banyak bisnis dengan berbagai perusahaan. Di antaranya, PT. Graha Curah Niaga yang bergerak di bidang agraria (pupuk), di PT. Jakarta Prime Crane, PT. Bisma Narendra, dan Komisaris PT. Sorini Corporation Tbk. Pria yang memiliki darah Pasundan dari sang kakek ini, memulai kiprah di dunia politik sebagai Wakil Bendahara DPP Golkar periode 2004-2009. Selanjutnya, Airlangga berhasil menjadi Anggota DPR-RI periode 2009-2014, 2014-2019 dengan Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat V.

Pada tahun 2016, terjadi perombakan (reshuffle) Kabinet Kerja Jilid II. Putra dari mantan Menteri Perindustrian ternama di era Presiden Soeharto, Ir. Hartarto, ini pun terpilih untuk menduduki kursi yang sama dengan sang ayah. Airlangga mewakili Partai Golkar menggantikan Saleh Husin dari Partai Hanura.

Bambang Soesatyo

Bamsoet panggilan akrab Bambang Soesatyo lahir di Jakarta 10 September 1962 tahun yang lalu dari keluarga tentara, dia lahir di asrama dan besar di sana. Bamsoet mendapat didikan keras dari ayahnya. Sejak duduk dibangku kuliah ia sudah mulai terasah insting bisnisnya, saat itu ada ospek kampus, dan menggunakan kaos dalam pengenalan, dari situlah dia mengambil order kaos untuk mendapatkan keuntungan, namun selepas dari universitas ia malah bergiat di bidang jurnalistik lalu meniti karirnya di bidang politik sampai sekarang ini.

Yuddy Chrisnandi

Tokoh yang satu ini kita tentu tidak asing lagi, Yuddy Chrisnandi, lahir di Bandung 29 Mei 1968 dari pasangan Yess Chrisman Tisnaawijaya dan Tien Yuniartieny. Masa kecil Yuddy dihabiskan di kota Cirebon dari SD, SMP dan SMA setelah itu ia menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Univeristas Padjadjaran. DNA politik Yuddy apabila di telusuri bermuara pada seorang ayahandanya seorang aktifis, pengurus Angkatan Muda Siliwangi (AMS) Jawa barat, sekretaris MKGR Jawa Barat dan pernah duduk sebagai Anggota DPRD Kabupaten Garut dari Fraksi Partai Golkar. Sementara DNA sebagai intelektual merujuk kepada kakeknya Prof. Dr. Doddy Tisnamidjaya mantan Rektor Institut Teknologi Bandung, Kepala LIPI, dan Duta Besar RI untuk Perancis.

Bakat kepemimpinannya makin terasah ketika duduk dibangku kuliah dan aktif di intra dan ekstra organisasi, dimulai dari Himpunan Mahasiswa Jurusan lalu dipercaya menjadi Koordinator Senat Gabungan Mahasiswa Universitas Padjadjaran. Di organisasi ekstra kampus ia berkecimpung aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sampai ketingkat Badko HMI Jawa Barat, dan ditunjuk menjadi Koordinator Kelompok Cipayung-Bandung, sehingga membuat pergaulannya semakin luas.

Selepas dari bangku kuliah, Yuddy sempat bekerja di Bank Bukopin namun ia tidak kerasan dan panggilan jiwanya lebih memilih ke jalur politik dan akademisi. Tahun 1993 Yuddy bersama koleganya mendirikan kelompok diskusi Forum Dialog Indonesia (FDI), di zaman Orde Baru boleh dikatan unit, dimana anggota FDI terdiri dari aktivis-aktivis mahsiswa dan perwira- perwira muda TNI yang bertemu berdiskusi dan saling membicarakan hal persoalan-persoalan bangsa. Hal ini diceritakan panjang lebar di dalam buku 50+ Sahabat Bicara Yudy Chrisnandi (2018). Terus bergerak meniti karir dengan tekun dan konsisten dalam pengabdiannya sebagai pendidik, politisi dan intelektual sampai sekarang ini. Yuddy saat ini adalah Anggota Dewan Pakar DPP Partai Golkar dan kini bertugas sebagai Duta Besar Indonesia untuk Ukraina, Georgia dan Armenia.(*)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca