28.9 C
Medan
Selasa, 21 Mei 2024

Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap USU

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

MEDAN, akses.co – Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe,Sp.S(K), dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara (USU) dalam bidang Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Senin (2/3). Pengukuhan dilakukan pada Rapat Terbuka Senat Akademik oleh Rektor USU Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, didampingi Ketua Dewan Guru Besar USU Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH.

Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe,Sp.S(K), merupakan salah seorang dosen tetap pada Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran USU, yang saat ini juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran  USU periode 2016-2021. Prof. Dr. Aldy yang lahir pada tanggal 24 Mei 1966 merupakan anak pertama dari 3 orang bersaudara, putera pasangan Almarhum dr. H. Hasanuddin Rambe, Sp.S(K) dan Prof. dr. Hj. Rozaini Nasution SKM

Ia mendapatkan gelar Konsultan di bidang Serebrovaskuler pada tahun 2010 dan meraih gelar Doktor pada tahun 2015. Selain itu, Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe,Sp.S(K), saat ini juga menjabat sebagai Ketua AIPKI wilayah I dan juga sebagai Pengurus Kolegium Neurologi Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe,Sp.S(K), menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “PERAN DAN MANFAAT TELESTROKE SEBAGAI SOLUSI KENDALA WAKTU DAN RUANG UNTUK MENINGKATKAN CAKUPAN DAN EFEKTIVITAS PELAYANAN STROKE DI INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0”.

Pada bagian awal pidato pengukuhannya, Prof. Dr. dr. Aldy menjelaskan bahwa Ekonomi global saat ini sedang pada titik puncak perubahan besar yang sebanding besarnya dengan munculnya revolusi industri pertama atau perkembangan perakitan produksi, atau bahkan penemuan mikrocip. Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir disemua bidang. Sementara itu, kepemilikan perangkat pintar di berbagai bagian dunia mengarah pada tingkat keterkaitan satu sama lain yang tak terbayang sebelumnya

Katanya, di era revolusi industri 4.0 penyedia layanan kesehatan banyak mengeksplorasi manfaat dan potensi telemedicine. Menurut WHO telemedicine merupakan penyampain pelayanan kesehatan ketika jarak menjadi celah yang besar, dilaksanakan oleh profesi kesehatan melalui teknologi informasi dan komunikasi untuk pertukaran informasi valid mengenai diagnosis, penanganan dan pencegahan penyakit dan trauma,  penelitian dan evaluasi, dan untuk edukasi yang berkesinambungan di antara tenaga medis yang pada akibatnya berdampakpada peningkatan kualitas kesehatan individual maupun komunitas. Di Indonesia telemedicine sudah memiliki regulasi yang diatur oleh kementerian kesehatan melalui peraturan Menteri Kesehatan No.20 Tahun 2019.

Lebih lanjut dikatakan Prof. Aldy, bahwa pelayanan telemedicine dilaksnakan antara fasilitas pelayanan kesehatan satu dengan fasilitas kesehatan yang lain berupa konsultasi untuk menegakkan diagnosis,terapi,dan/atau pencegahan penyakit. Pelayanan ini terdiri atas pelayanan teleradiologi, teleelektrokardiografi,teleultrasonografi,telekonsultasi klinis dan pelayanan konsultasi lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi (WHO,2010).

Katanya, walaupun penatalaksanaan stroke akut semakin berkembang, stroke tetap menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi dan merupakan penyebab kecacatan tertinggi didunia. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian antiagregrasi trombosit dini,pendeknya waktu pemberian alteplase setelah onset, unit perawatan stroke yang baik, trombektomi endovaskular, dan hemikraniektomi pada infark malignan arteri serebri media dapat memberikan hasil pengobatan sroke yang lebih baik. Bagaimanapun,tingginya angka kejadian stroke,terbatasnya spesialisasi serebrovakuler, dan faktor geografis merupakan hambatan yang besar dan memberikan dampak negatif terhadap implementasi manajemen evidence based. Masalah tersebut sering terjadi pada daerah terpencil dan pedesaan. Pada akhir 1990 telestroke muncul sebagai ide solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. (sad)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca