26.7 C
Medan
Jumat, 3 Mei 2024

Demi Kebahagiaan Orangtua, Aku Rela Jadi Istri Ketiga

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

MEDAN, akses.co – Cerita ini bisa jadi pelajaran buat para orangtua, terutama yang punya anak perempuan (wanita), jangan anak dipaksa untuk berumah tangga demi ingin mencari kebahagiaan semata, kasian bila tak cocok kelak, anak sendiri yang menderita.

Apalagi dijodohkan dengan pria yang telah ber-istri, sudah bisa kita pastikan, sangat sulit untuk mendapatkan kasih sayang yang seutuhnya, seperti kisah Santi (bukan nama sebenarnya), menikah bukan dengan pria pilihannya.

Kisahnya, Santi (36) terpaksa menikah dengan seorang pria yang bukan pilihannya. Pernikahan ini, kata Santi, demi kebahagiaan orangtua yang sudah lanjut usia, kata ibu ku, waktu itu, “Kapan lagi kawin nak.., mamak (Ibu) sudah tua, ibu ingin melihat mu menikah, sebelum mamak pergi, menikahlah..”, ungkap Santi, kenangnya masa itu.

Karena tak kunjung mendapatkan jodoh sesuai pilihan, sementara usia makin hari mangkin bertambah, akhirnya, Santi dijodohkan oleh keluarga, ialah pria asal Jakarta, yang berstatus duda, calon suami Santi ini merupakan seorang duda yang sudah dua kali menikah.

Bila pernikahan kami ini nanti berjalan sesuai jadwal yang telah disepakati kedua belah keluarga, berarti, calon suamiku ini telah tiga kali menikah, apa mau dikata, demi kebahagiaan orangtua aku rela menikah dengannya, ungkapnya.

Cerita Santi lebar, Dari pasangan Istri pertamanya, calon suamiku itu dikaruniai dua anak. Namun perkawinan mereka tidak bertahan lama, sebelas tahun menikah, pria yang berusia 45 tahun ini pun menceraikan istri pertamanya itu. Dalil perceraian mereka tidak ada kecocokan lagi dalam rumah tangga.

Lalu seiring berjalannya waktu, tak sampai setahun, pria yang bekerja di perusahaan ayahnya itu di Jakarta, pun kembali menikahi seorang gadis, usianya lebih muda, berkisar 21 tahun, wanita itu asal Bandung.

Dari pernikahan yang kedua ini, mereka dikaruniai satu anak, namun, Lagi-lagi, pernikahan ini pun tak bertahan lama, meski sudah punya anak satu dari istri keduanya, predikat duda kedua kalinya pun disandang calon suamiku.

Dari cerita yang diperoleh, istri keduanya ini suka shopping, sehingga lupa urus suami, hobinya jalan-jalan, maklumlah rumput muda, orang Medan bilang, mumpung suami kaya, nikmati hidup ini, mungkin dalam pemikiran istri keduanya itu, ujarnya.

Gagal kedua kali membina rumah tangga, membuat keluarga, menjadi prihatin, apalagi pria itu merupakan harapan orangtuanya untuk meneruskan perusahaan milik ayahnya, karena ia satu-satunya anak laki-laki.

Akhirnya, pria yang disapa Ucok (nama samaran) ini pun, dijodohkan keluarga dengan ku, lamaran calon suamiku itu terpaksa aku terima, demi membahagiakan orangtuaku, singkat cerita, kami pun menikah, ungkap Santi yang berdomisili di Deli Serdang, dalam kisah rumah tangganya.

Singkat cerita, usai menikah, aku dibawa langsung ke Jakarta, namun sayang, belum genap dua bulan hidup dengannya, tak ada kebahagiaan yang kurasakan, betapa tidak, keinginan ku untuk bermesraan bersama suami tidak aku dapatkan, pasalnya, ia pergi pagi pulang malam.

Sungguh diluar dugaan ku sebelumnya, seminggu di Jakarta, tinggal dirumah megah dan mewah, lengkap dengan pembantu, fasilitas rumah serba wah, ternyata, tak membuat hati gembira dan bahagia, ternyata benar juga kata orang, harta kekayaan itu tidak menjamin kebahagiaan.

Sudah tak bisa bermesraan dengan suami, setiap malam tidur pun bukan kami berdua, layaknya suami istri, dalam satu kamar, kami sekasur tapi tiga orang, anak bawak an dari istri keduanya, ikut tidur bersama kami, aku samping pinggir, anak bawaan istri keduanya ditengah, sementara, suami dipinggir sana, sedihh rasanya, cetus Santi sedih, seakan menyesal.

Bukan itu saja, setiap hari aku dirumah, tidak boleh keluar sembarangan, bila keluar tanpa seizin suami, pasti ketahuan, karena semua sudut ruangan rumah di pasang cctv, kerja ku menjaga anak bawaan istri keduanya, anak itu berusia lima tahun, aku hanya mengawasi anaknya itu setiap harinya.

Sementara, suami pun kurang kehangatan bila kami berdua, terkadang curiga juga, asal dia main handphone, selalu senyum sendiri, wajah ceria, seperti ada sesuatu dalam chetingan di handphone miliknya, jangan-jangan masih ada hubungan dengan mantan istri keduanya, soalnya, istri keduanya itu jauh lebih muda dengan ku, urai Santi, diceritakan teman karibnya kepada seseorang yang tidak lain merupakan seorang wartawan, di Medan, Jum’at (26/6), tutupnya. (Han)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca