33.9 C
Medan
Minggu, 28 April 2024

Ijeck: Film Karya Sineas Sumut Harus Bangkit

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

akses.co – Indonesia sedang memperingati Hari Film Nasional pada (30/3/2018) hari ini. Lalu apa tanggapan tokoh terhadap perkembangan film nasional saat ini?

Wartawan berkesempatan mewawancarai tokoh muda Sumatera Utara H Musa Rajekshah, Jumat (30/3/2018) pagi.

Menurutnya, perkembangan film nasional mengalami turun naik.

“Sebagai orang yang terbilang sering nonton film lokal, saya menilai film nasional sempat mati suri namun di awal tahun 2000an film Indonesia kembali bangkit lagi. Lalu sempat redup dan setahun terakhir film-film dalam negeri kembali mulai menunjukan taringnya,” kata pria yang akrab disapa Bang Ijeck itu.

Menurutnya yang membuat iklim perfilman semakin kondusif, bukan hanya karena jumlah film Indonesia yang mulai merajai layar bioskop, akan tetapi juga munculnya film-film yang dapat diperhitungkan secara kualitas.

Terbukti, berbagai film Indonesia berhasil berjaya di kancah festival film mancanegara. Tak hanya itu, beberapa nama sutradara muda yang idealis pun turut muncul mencuri perhatian khalayak.

“Yang saya tahu salahsatu film nasional yang mendapat apresiasi luar negeri itu misalnya film berjudul Athirah. Saya ingat film itu dapat penghargaan di Vancouver Internasional Film Festival di Kanada, Busan International Film Festival di Korea,” kata Ijeck.

Bang Ijeck juga menyinggung film Haji Asrama garapan sineas lokal Sumatera Utara, Onny Kresnawan.

“Saya berharap nantinya film yang sudah mulai digarap di Medan dan Sergai itu bisa menjadi awal kebangkitan film Sumut. Film Sumut harus bangkit. Seniman di sini kan lumayan banyak. Dan saya siap mendukung kebangkitan film Sumut,” kata Ijeck.

Lalu, film seperti apa yang menjadi favorit abang?

Menjawab itu, Bang Ijeck mengatakan dirinya sering menonton film nasional yang menceritakan kisah sejarah perjuangan kemerdekaan dan promosi budaya lokal.

“Saya suka nonton film Soekarno, Sudirman dan Tiga Nafas Likas tentang Pahlawan Djamin Ginting. Film seperti ini menginspirasi anak-anak muda. Film Toba Dreams juga bagus,” kata Ijeck.

Secara sejarah, tanggal 30 Maret diperingati sebagai hari film nasional karena tanggal tersebut di tahun 1950 silam adalah hari pertama dari pengambilan gambar film ‘Darah & Doa’ garapanjadi n sutradara Usmar Ismail.

Sebenarnya, sebelum ‘Darah & Doa’, Indonesia telah memiliki sejarah panjang di dunia perfilman. Tercatat film pertama yang dibuat di Indonesia berjudul ‘Loetoeng Kasaroeng’ yang disutradarai oleh G. Kruger dan L. Heuveldorp di tahun 1926. (rel)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca