25.6 C
Medan
Sabtu, 27 April 2024

Janganlah Mencederai Ramadhan nan Suci

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]
oleh: Fitri Rahmadani Angkat, Mahasiswa UIN Sumut

MEDAN, akses.co – Ramadhan adalah salah satu bulan suci umat Islam di seluruh dunia. Hadirnya bulan Ramadhan adalah indikasi adanya kewajiban salah satu rukun Islam, yakni berpuasa bagi yang memenuhi syarat wajibnya puasa.

Tak hanya itu, momentum Ramadhan juga merupakan waktu yang tepat untuk memperbanyak amal kebajikan, sebab banyak keutamaan-ketamaan dan waktu mustajab yang berada di balik indahnya Ramadhan.

Dalam mengisi Ramadhan biasanya kebanyakan orang memanfaatkan waktu luang dengan berbagai aktivitas. Mulai sekedar mencari keringat dan berbagai aktivitas bermanfaat lainnya. Hanya saja tak semua orang mampu memaknai bagaimana mengisi waktu luangnya di bulan Ramadhan agar pahala puasa tak meluruh, akibat maksiat yang mengiringi aktivitas keseharian. Seperti ada istilah “Puasa Oke Maksiat Tetap Jalan”, nauzubillahi minzalik.

Indonesia sebagai salah satu negeri mayoritas berpenduduk muslim, terlihat ada pergeseran makna spirit Ramadhan yang tanpa disadari justru mencederai kesucian bulan Ramadhan itu sendiri. Kuatnya pengaruh sistem sekuler liberal menjadi satu-satunya faktor yang patut disalahkan. Ramadhan akhir-akhir ini terlihat lebih serampangan, jika dibandingan Ramadhan yang semestinya.

Kemaksiatan justru semakin menampakkan diri, tapi dalam bentuk yang sederhana dan dianggap kebiasaan semata, seperti asmara subuh, balap liar, bahkan permainan-permainan yang justeru membahayakan nyawa kerap menjadi pemandangan buruk Bulan Suci Ramadhan.

Jika kita sering memperhatikan pemberitaan seputar Ramadhan, ada saja ulah remaja yang mengundang keprihatinan. Bahkan belum lama ini di Sukabumi, seorang anak berusia 16 tahun terluka akibat tradisi ‘perang sarung’ yang hanya ada di Bulan Ramadhan. Begitulah esensinya, kebebasan bertingkah laku kerap menjadi alasan sehinggga kontrol masyarakat sangat sulit dijalankan.

Bahkan kebiasaan buruk ini seolah menjadi pemandangan lazim dan sangat luput dari sorotan masyarakat, sehingga tradisi- tradisi buruk Ramadhan seperti balap liar dan lainnya, masih tumbuh subur dan terpelihara di negara yang kita cintai ini.
Hal tersebut tak semestinya terjadi, mengingat bulan Ramadhan adalah bulan yang seharusnya dihormati oleh semua pihak.

Situasi kondusif dan steril dari kemaksiatan di bulan Ramadhan harusnya menjadi tanggung jawab pengelola negara sebagai wujud perlindungan negara terhadap keamanan serta kenyamanan warganya dalam menjalankan ibadah. Sebagai negara yang sebagian besarnya adalah umat Islam, pemerintah harusnya melakukan antisipasi dari segala bentuk gangguan yang akan mengganggu jalannya ibadah puasa, seperti menutup tempat-tempat maksiat, tidak membiarkan rumah-rumah makan buka di jam puasa, serta menindak tegas para pelaku balap liar, dan perilaku negatif lainnya yang masih melenggang bebas.(*)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca