26 C
Medan
Sabtu, 27 Juli 2024

Terhentinya Racikan Mujarab Si Nyonya Meneer

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

akses.co – Produsen jamu Nyonya Meneer menjadi sorotan publik. Legenda produsen jamu yang sudah berdiri sejak 1919 tersebut dinyatakan pailit oleh PN Semarang. Produsen jamu ini identik dengan kemasan jamu berfoto perempuan berkonde.

Perempuan tersebut juga yang membangun jamu nyonya meneer. Berkat tangan dingin meracik ramuan jamu, Lauw Ping Nio yang merupakan keturunan dari pasangan Tionghoa-Jawa mengubah tanaman biasa menjadi obat tradisional penyembuh rasa sakit.

Dikutip liputan6.com, Sabtu (5/8/2017), wanita kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur pada 1895 ini pada awalnya meracik jamu untuk obat suaminya. Hal itu di tengah keterbatasan dan keprihatinan masa pendudukan Belanda di awal 1900-an. Racikan aneka tumbuhan dan rempah yang diminum suaminya ternyata mujarab, padahal berbagai pengobatan tidak mampu memulihkan kondisi sang suami tercinta.

Para kerabat dekat di Semarang pun segera mencium tangan dingin Nyonya Meneer untuk meracik jamu. Sosoknya yang peduli pada orang sekitar dengan senang hati meracik untuk mereka sakit demam, sakit kepala, masuk angin dan terserang berbagai penyakit ringan lainnya. Sebagian besar yang mencoba racikan jamu itu puas.

Mengutip dari berbagai sumber, yakni buku Family Business: A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesia’s Most Successful Traditional Medicine Companies, sejak kecil Lauw Ping Nio telah dikenal dengan panggilan Nonie Menir yang ditulis dengan ejaan Belanda “Meneer”.

Awal lahirnya nama Meneer itu cukup sederhana, dan bukan lantaran dia keturunan Belanda. Ketika Lauw Ping Nio atau Nyonya Meneer di dalam kandungan, ibunya gemar memakan butiran-butiran halus sisa tumbukan padi yang dalam bahasa Jawa disebut Menir. Sang ibu pun lebih memilih memanggil Lauw Ping Nio dengan sebutan Meneer.

Didikan sang ibu pula yang mengantarkan Meneer memperoleh pendidikan dan berbagai keterampilan rumah tangga. Wanita yang akrab disapa Nonie Meneer ini rajin merawat tanaman berkhasiat dan menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah tangga lainnya. Hal itu tak sia-sia. Meneer tumbuh sebagai orang disiplin dan kreatif. Berkat kecantikan dan sikap Meneer, membuat kepincut hati pemuda asal Semarang berdarah Tionghoa, Ong Bian Wan.

Pemuda yang berprofesi sebagai pedagang itu, pun tanpa ragu melamar Meneer yang saat itu masih berusia 17 tahun. Usai menikah, Nonie pun mendapatkan panggilan baru Nyonya Meneer. Kini tak ada lagi racikan Si Nyonya Meneer. Terhenti dengan ketukan palu hakim yang memutuskan bisnisnya pailit.

Pengadilan Negeri Semarang mempailitkan perusahaan jamu legendaris PT Nyonya Meneer. Keputusan tersebut dijatuhkan karena perusahaan jamu yang berdiri hampir seabad lalu tak mampu membayar kewajiban ke kreditor. Juru bicara Pengadilan Negeri Semarang M Sainal menjelaskan, gugatan pailit diajukan oleh salah satu kreditor asal Kabupaten Sukoharjo yang bernama Hendrianto Bambang Santoso. Pemohon menyatakan bahwa Nyonya Meneer tak memenuhi kewajiban untuk membayar utang sebesar Rp7,04 miliar. (lip6/rur)

- Advertisement -spot_img

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca