32 C
Medan
Jumat, 3 Mei 2024

Akademisi dan Aktivis Ini jadi Jagoan Calon Wali Kota Medan

Menarik untuk dibaca

Redaksi
Redaksihttps://www.akses.co/
Redaktur berita di https://www.akses.co
- Advertisement -[the_ad_placement id="artikel-bawah-judul-diatas-teks"]

MEDAN, akses.co – Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan 2020, mulai menjaring secara alamiah nama-nama yang akan melaju sebagai Wali Kota Medan 2020 – 2025. Salah satunya adalah Dr Edy Ikhsan, SH, MA, akademisi jebolan Universitas Leiden, sekaligus aktivis perlindungan anak dan perempuan.

Nama Edy Ikhsan terdeteksi dalam banyak pembicaraan penguna media sosial sejak 1 bulan terakhir. Pada Senin (17/6/2019), berbagai kalangan pun terlihat mulai meminta kesediaan Edy Ikhsan menjadi calon Wali Kota Medan selanjutnya. “Sejak 10 tahun lalu dah kupanjatkan doa, dan minta kesediaan abang awak Edy Ikhsan. Alhamdulillah Bang Edy sudah bersedia (jadi Wali Kota Medan),” kata akun facebook dengan nama Pahrian Siregar.

Ungkapan akun Pahrian juga diikuti oleh sejumlah pengguna facebook lainnya di laman facebook Edy Ikhsan. “Ku kenal betul ini Edy Ikhsan untuk Medan Lebih Manusiawi. Kelen dukung ya, ku kenal betul asli hijau hitamnya,” tulis pemilik akun Hadhy Priyono.

Akun Amiruddin Muktar juga menuliskan dukungannya untuk Edy Ikhsan. “Sosok yang memiliki militansi dan orientasi kerakyatan, serta peka terhadap persoalan yang berhubungan dengan kebijakan publik. Semoga Bang Edy Ikshan, mendapat berkat dan rahmat dari Allah SWT (sebagai Wali Kota Medan,” ungkapnya. Dukungan masyarakat ini juga terlihat diposting oleh laman fanpage, Kawan Edy Ikhsan di facebook.

Dari sejumlah sumber penelusuran di internet, diketahui, Edy Ikhsan, merupakan pria kelahiran Medan pada 16 Februari 1963. Dia memulai karir sebagai staf pengajar di Fakultas Hukum USU pada 1988. Setelah menempuh pendidikan SD – SMP di di Yayasan Perguruan Josua, ia kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 3 Medan lalu ke Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Menamatkan studi S1 pada 1986, ia kemudian pada 1995 mengambil spesialisasi antropologi hukum pada jenjang master (S2), kerjasama Universitas Leiden dan Universitas Indonesia di Jakarta.

Pada 2013, dia mempertahankan disertasinya pada 2013 dengan judul “Antan Patah Lesung pun Hilang: Pergeseran Hak Tanah Komunal dan Pluralisme Hukum dalam Perspsektif Sosiolegal: Studi pada Etnis Melayu Deli di Sumatera Utara”.

Selain akademisi, minatnya pada aktivitas kemasyarakat terbangun sejak mahasiswa dengan aktif sebagai aktivis di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dia kemudian aktif terlibat dalam gerakan perlindungan anak dan perempuan, lingkungan dan demokrasi di Indonesia, melalui Lembaga Advokasi Anak Indonesia dan Yayasan Pusaka Indonesia. Edy pun tercatat pernah menjabat Dewan Daerah WALHI Sumut (2002 – 2005).

Edy merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara, dari ayah Melayu dan ibu bermarga Harahap. Ayahnya seorang guru yang mengajar di 2 sekolah yakni SMP Negeri 9 Medan dan SMP Negeri 14 Medan. Sementara ibunda seorang ibu rumah tangga. Setelah mempersunting Sri Rahayu Kartini sebagai isteri, pasangan harmonis ini dikaruniai dua orang anak yakni Fadhlillah, SH dan Puan Maharani (mahasiswa semester akhir di Univ Padjajaran).(rel/rih)

- Advertisement -[the_ad_placement id="iklan-diabwah-artikel"]

Berita Selanjutnya

[gs-fb-comments]

Berikan Komentar anda

- Advertisement -[the_ad_placement id="sidebar-1"]

Juga banyak dibaca